Seseorang yang aktif secara seksual sangat berisiko mengalami penyakit menular seksual. Namun, bagi penyuka sesama jenis atau homoseksual bisa dianggap lebih rentan untuk terinfeksi penyakit menular seksual. Homoseksual sendiri merupakan orientasi seksual sebagai ketertarikan seksual terhadap jenis kelamin yang sama.
Menurut data dari CDC pria gay dan juga biseksual lebih rentan untuk terkena penyakit menular seksual, seperti HIV dari pada pria heteroseksual. Hal tersebut karena homoseksual ataupun biseksual lebih cenderung berganti-ganti pasangan seksual.
Meskiupun begitu, setiap orang yang aktif secara seksual sama-sama memiliki risiko untuk terkena penyakit menular seksual. Oleh karena itu, baik itu homoseksual, biseksual ataupun heteroseksual yang aktif secara seksual sebaiknya untuk melakukan pemeriksaan secara teratur untuk penyakit menular seksual.
Hal tersebut karena beberapa penyakit menular seksual terkadang tidak menunjukkan gejala pada tahap awal, seperti HIV. Selain itu juga, adanya riwayat penyakit menular seksual lainnya seperti gonore, sifilis, HPV ataupun yang lainnya, mempermudah adanya penularan HIV ataupun dapat menularkannya kepada orang lain.
Daftar Isi
Resiko IMS pada homoseksual
Sebanyak 90.915 kasus baru HIV/AIDS dilaporkan di Indonesia pada tahun 2016, dengan laki-laki merupakan 63,3% dari semua kasus HIV. Seks berisiko adalah metode utama dan presentase tinggi penularan HIV untuk 28% pada kaum homoseksual.
Mengutip penelitian pada laman website ejurnalmalahayati.ac.id dengan kelompok resiko lainnya, kelompok homoseksual menjadi yang tertular dengan kasus HIV lebih banyak.
Menurut penelitian tersebut, hubungan seksual pertama untuk kalangan homoseksual terjadi pada usia rata-rata 76,7% pada rentang usia remaja akhir (17 sampai 25 tahun), dengan pasangan seksual pertama laki-laki (69,8%).
Penyebab HIV pada kelompok homoseksual karena beberapa sejumlah faktor. Alasannya mulai dari pengaruh biologis, cara hidup, dan sosial, dan cukup bervariasi dan rumit. Karena itu, pencegahan HIV untuk kalangan pasangan homoseksual masih menjadi tantangan.
Penularan infeksi HIV melalui seks anal
Meskipun banyak pasangan berbeda jenis juga melakukan seks anal, namun yang paling populer untuk pasangan gay atau kaum homoseksual.
Menurut sebuah penelitian dari International Journal of Epidemiology, hubungan seks anal menimbulkan risiko penularan HIV 18% lebih tinggi daripada penetrasi vagina.
Ini karena anus dan vagina memiliki jaringan dan pelumas alami yang sangat berbeda. Anus hanya memiliki satu lapisan tipis, tetapi vagina memiliki beberapa lapisan yang dapat bertahan dari infeksi virus.
Selain itu, anus tidak secara alami membuat pelumas seperti vagina, oleh karena itu ada risiko luka atau lecet yang lebih tinggi saat penetrasi anal. Infeksi HIV dapat menyebar melalui luka ini.
Kontak dengan cairan dubur pada anus berpotensi mengakibatkan infeksi HIV. Karena sel kekebalan dalam cairan dubur sangat melimpah, virus HIV dapat dengan mudah berkembang biak atau berkembang biak.
Selain itu, HIV tumbuh subur dalam cairan dubur. Oleh karena itu, jika pasangan yang melakukan penetrasi mengidap HIV, maka virus akan menyebar ke pasangannya dengan sangat cepat melalui cairan dubur pada anus.
Anus berdeda dengan vagina, begitupun dalam hal kebersihan, anus tidak memiliki pembersih alami seperti yang ada pada organ vagina sehingga infeksi virus lebih sulit mencegahnya.
Pemeriksaan yang disarankan
Saran pemeriksaan bagi pria gay dan juga biseksual yang aktif secara seksual, antara lain:
- Melakukan tes HIV, setidaknya setahun sekali
- Melakukan tes sifilis, hepatitis B & C
- Melakukan tes kalmidia dan juga gonore rektum jika pernah melakukan seks anal
- Melakukan tes klamidia dan juga gonore pada penis, jika menerima seks oral
- Melakukan tes gonore tenggorokan, jika pernah melakukan seks oral
Selain itu juga, jika seseorang memiliki lebih dari 1 pasangan seksual atau pernah melakukan hubungan seks dengan orang yang tidak mereka kenal, sebaiknya untuk melakukan skrining untuk IMS (infeksi menular seksual) dalam setiap 3 hingga 6 bulan sekali.
Hal tersebut untuk mengetahui sejak awal jika adanya infeksi menular seksual, dan dapat mendapatkan pengobatan yang tepat.
Seorang pria yang berhubungan seks dengan sesama pria (homoseksual) lebih rentan untuk tertular HIV, dan juga penyakit menular seksual lainnya. Selain untuk melakukan tes secara rutin, sangat penting untuk melindungi dari terinfeksinya penyakit menular seksual, antara lain:
Gunakan kondom
Menggunakan kondom saat berhubungan intim merupakan salah satu cara untuk mencegah adanya penularan penyakit menular seksual. Gunakanlah kondom yang baru setiap akan melalukan hubungan intim, terutama selama seks anal ataupun seks oral.
Tidak mengkonsumsi alkohol ataupun menggunakan narkoba
Seseorang yang berada dalam pengaruh alkohol ataupun zat-zat terlarang lainnya, lebih cenderung mengambil risiko ketika akan melakukan hubungan seksual. Begitupun bagi para pengguna narkoba yang menggunakan jarum suntik secara bergantian dengan yang lainnya.
Melakukan vaksinasi
Mendapatkan vaksinasi dapat melindungi tubuh dari infeksi hepatitis A dan juga hepatitis B, infeksi ini merupakan infeksi hati serius yang dapat menyebar melalui adanya kontak seksual. Namun, perlu mengetahui bahwa tidak semua infeksi menular seksual dapat mencegahnya dengan vaksin, salah satunya seperti hepatitis C.
Adapula vaksin untuk mencegah dari infeksi virus HPV, yaitu dengan mendapatkan vaksinasi HPV (human papillomavirus). HPV sendiri sering dikaitkan dengan kanker dubur pada pria homoseksual.
Terima kasih dan semoga sehat selalu.