Saat ini sedang menjadi perbincangan terkait dengan pernyataan Wakil Gubernur Jawa Barat yang menanggapi kasus HIV AIDS yang semakin tinggi di Jawa Barat. Terdapat kabar bahwa di Kota Bandung sudah banyak kasus HIV dan AIDS.
Bahkan saat itu, Pemerintah Kota Bandung melaporkan 5.000 kasus HIV/AIDS, berdasarkan informasi dari pasien yang pernah berobat.
Menurut data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang telah kami kutip dari laman jabar.inews.id, ada 10.700 kasus HIV-AIDS untuk kota Bandung dari tahun 1991 hingga 2022. Jumlah penderita mencapai 407 pelajar.
Informasi bahwa 407 siswa kota Bandung mengidap HIV/AIDS sempat menimbulkan keresahan bagi warga. Menurut Kementerian Kesehatan, data tersebut mencakup periode 31 tahun, dari 1991 hingga 2022.
Menanggapi statement tentang “HIV dan AIDS dapat mencegah dengan berpoligami”, berdasarkan dari sisi medis bahwa statement tersebut kurang tepat. Untuk lebih mengetahui tentang HIV dan AIDS, perlu pemahaman konsep dari HIV dan AIDS terlebih dahulu. Berikut tentang pemahaman apa itu HIV AIDS dari sisi medis.
Daftar Isi
Penjelasan tentang Penyakit HIV dan AIDS
HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang akan menyerang sistem kekebalan tubuh. Hal tersebut menyebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh dan dapat membuat pengidap lebih rentan untuk terkena penyakit lainnya.
Sedangkan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan kondisi yang mengacu pada sindrom imunodefisiensi. Penyakit ini berkembang pada pengidap HIV, akan tetapi tidak semua pengidap HIV pasti menderita AIDS. Hal tersebut tergantung pada kekebalan tubuh penderita.
Saat ini sedang menjadi pro kontra terkait bagaimana pencegahan yang tepat untuk menghindari tertular HIV dan AIDS ini. Berikut pencegahan yang tepat menurut sisi medis dengan konsep “ABCDE”:
A (Abstience)
Untuk yang belum menikah, tidak melakukan hubungan seks tanpa hubungan pernikahan merupakan langkah tepat untuk menghindari tertular HIV.
B (Be faithful)
Tidak berganti-ganti pasangan seksual, bersikap saling setia kepada satu pasangan. Memang dengan “jajan diluar” akan lebih rentan untuk tertular HIV AIDS. Akan tetapi, berpoligami juga tidak bisa menjamin untuk tidak tertular atau terbebas dari HIV AIDS.
C (Condom)
Gunakanlah kondom (pengaman) yang baru ketika akan berhubungan seks, baik itu melalui vagina ataupun melalui dubur. Pilihlah kondom berpelumas yang berbahan dasar air, dan tidak mudah robek.
Hindari pelumas dengan berbahan dasar minyak karena dapat membuat kondom bocor. Jika kondom bocor atau robek maka kemungkinan besar tertular HIV dan penyakit lainnya tetap ada.
D (Drug No)
Tidak menggunakan narkoba, terutama yang melalui jarum suntik. Walaupun pengaruh narkoba terhadap penularan HIV AIDS bersifat tidak langsung, akan tetapi dampaknya cukup luas.
Selama pengguna narkoba masih tetap berlangsung, maka jumlah masyarakat yang terinfeksi HIV akan semakin meningkat. Selain itu juga, tidak menggunakan narkoba dapat mencegah terinfeksi virus hepatitis B.
E (Education)
Memberikan informasi yang benar dan tepat mengenai HIV AIDS, cara penularan, pencegahan dan juga pengobatan dapat membantu untuk mencegah terjadinya penularan HIV.
Cara Penularan Infeksi HIV/AIDS
Saat ini juga masih menjadi pertanyaan bagaimana cara penularan HIV dan AIDS ini, apakah HIV AIDS bisa menular pada bayi atau anak-anak? Jika HIV dapat menular pada bayi dan anak-anak, bagaimana cara penularnnya?. Berikut penularan HIV AIDS dari sisi medis:
Berhubungan seks tanpa kondom
Salah satu penularan HIV yang paling sering yaitu melalui hubungan seks tanpa menggunakan kondom. Virus HIV sangat mudah untuk meluar ketika seseorang berhubungan dengan penderita HIV tanpa menggunakan kondom. Karena pertukaran cairan tubuh antara penderita dan pasangannya.
Berbagi jarum suntik dengan penderita HIV
Selain melalui hubungan seks, HIV dapat menular melalui jarum suntik. Kenapa? karena ketika memakai jarum suntik secara bergantian, maka cairan tubuh penderita HIV akan menyebar kepada rekan lainnya.
Hal seperti ini sangat berbahya karena merupakan salah satu cara penularan yang mudah terjadi.
Ibu hamil yang positif HIV disarankan sebaiknya tidak memberikan asupan ASI kepada bayinya, bahkan sejak dalam kandungan bayi tersebut memiliki potensi besar tertular HIV. Maka dari itu ibu hamil positif HIV bisa menularkan kepada bayinya saat persalinan ataupun menyusui.
Saat ini sedang marak tentang berita anak-anak yang sudah tertular HIV dari orangtuanya, mengapa bisa? Dikarenakan mereka terpapar dari sejak lahir yang sudah ditularkan dari orangtuanya yaitu dari ibunya.
IRT (ibu rumah tangga) yang positif HIV memang sangat tinggi, mereka rata-rata tertular dari suaminya sendiri.
Transfusi darah
Transfusi darah dapat menyebarkan virus HIV yang ditularkan oleh pendonor yang positif HIV ataupun tansfusi darah yang sudarh tercemar oleh virus HIV.
Seks oral
Sex oral merupakan suatu aktivitas yang memberikan rangsangan pada alat kelamin pasangan dengan menggunakan mulut, ludah, gigi, ataupun lidah.
Konsultasi dengan Dokter Kelamin Terdekat
Untuk lebih jelas terkait pemahaman tentang penyakit HIV/AIDS ini anda boleh berkonsultasi dengan Klinik Raphael melalui chat whatsapp di nomor 0813-9625-4650. Konsultasi gratis dengan dokter klinik kelamin terbaik kami. Kami akan segera merespon.
Terima kasih