Deteksi HIV sejak dini merupakan langkah yang penting untuk mengurangi penularan dan meningkatkan keberhasilan pengobatan HIV. Semakin cepat dilakukannya deteksi dini, semakin cepat juga HIV dapat terdeteksi maka semakin cepat pula penanganannya dapat dilakukan.
Sehingga infeksi ini dapat dikendalikan dan kemungkinan tidak berkembang menjadi AIDS.
Walau angka kasus terkait HIV terbilang tinggi, banyak orang yang masih sangat merasa enggan untuk melakukan tes HIV, hal ini karena stigma negatif yang melekat pada penyakit HIV.
Sedangkan semakin cepatnya HIV terdeteksi, semakin efektif pengobatannya. Pengobatan awal dapat menurunkan risiko penderita HIV mengalami AIDS.
Daftar Isi
Siapa saja yang harus menjalani deteksi HIV?
Perlu Anda ketahui bahwa penularan HIV dapat terjadi melalui adanya kontak langsung dengan cairan tubuh pengidap, seperti air mani, darah, cairan vagina dan juga air susu ibu (ASI).
HIV juga tidak menular melalui air liur, keringat, air mata dan berbagi makanan atau minuman dengan ODHA.
Virus HIV ini dapat menginfeksi siapa saja, namun ada beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terinfeksi HIV, yaitu:
- Berganti-ganti pasangan seksual
- Hubungan seks yang tidak aman atau tanpa pengaman
- Terinfeksi atau menderita penyakit menular seksual lainnya
- Berbagi penggunaan jarum suntik dengan orang lain atau orang yang terinfeksi HIV
Selain kondisi tersebut, ada pula kelompok yang termasuk berisiko tinggi untuk terinfeksi HIV, yaitu:
- Bayi yang lahir dari ibu dengan HIV yang positif
- Hubungan seksual sesama jenis, seperti laki-laki dengan sesama laki-laki
- Tenaga medis yang sering bersentuhan dengan darah
Tanda dan gejala HIV/AIDS
Tanda saat seseorang terinfeksi virus HIV/AIDS pada setiap orangnya berbeda, karena tergantung tahapan infeksinya. Berikut beberapa tahaan gejala dari infeksi HiV yang harus kalian ketahui:
Tahap awal
- Tidak bergejala untuk waktu yang lama
- Sakit seperti flu biasa saat seseorang terinfeksi dalam jangka waktu satu sampai dua bulan
- Otot dan persendian terasa nyeri
- Kelenjar getah bening mengalami pembesaran
- Demam dengan tenggorokan sakit
- Kelelahan
Tahap kedua
- Sistem kekebalan pada tubuh terus mengalami pelemahan karena penyebaran infeksi virus..
- Virus dapat menular ke orang lain
- Mungkin saja tidak menimbulkan gejala
- Terjadi kurang lebih selama 10 tahun
Fase ketiga
- Sistem kekebalannya yang lemah, orang yang terinfeki lebih mungkin tertular penyakit dan mengembangkan AIDS
- Demam yang berlangsung lebih dari sepuluh hari
- Selalu merasa lelah
- Kesulitan bernapas
- Diare yang parah dan terus-menerus
- Mulut, vagina, dan tenggorokan semuanya mengalami infeksi jamur
- Munculnya bercak ungu pada kulit
- Penurunan nafsu makan yang menyebabkan penurunan berat badan secara cepat
Beberapa jenis tes deteksi terkait HIV
Menyarankan melakukan pemeriksaan HIV bagi siapa saja, terlebih jika termasuk dalam kelompok berisiko terinfeksi HIV. Berikut beberapa jenis tes deteksi HIV:
Tes antibodi
Bertujuan untuk mendeteksi adanya keberadaan antibodi dalam darah sebagai respon tubuh untuk melawan HIV. Umumnya tes antibodi dapat diketahui langsung dalam waktu singkat, sekitar 30 menit.
Tetapi tes antibodi dapat menunjukkan hasil negatif meskipun orang tersebut sebenarnya telah terinfeksi HIV. Hal ini karena butuh waktu sekitar 3-12 minggu bagi seseorang yang sudah terpapar virus agar jumlah antibodi dalam tubuh sudah cukup tinggi dan dapat terdeteksi saat melakukan pemeriksaan.
Tes kombinasi antibodi-antigen
Mendeteksi antibodi dan atigen HIV dalam darah atau antigen p24. Antigen p24 ini umumnya hasil dari tubuh dalam jangka waktu 2-6 minggu setelah terpapar virus HIV.
Dengan mengindentifikasi antigen p24, keberadaan virus HIV dapat terdeteksi sejak awal, sehingga pengobatan dan penyebaran virus HIV dapat penanganan dengan cepat.
Tes NAT
Dapat mendeteksi keberadaan virus HIV dalam darah dengan cepat, yaitu dalam jangka waktu 10-33 hari setelah seseorang terinfeksi virus HIV.
Tes VCT (Voluntary counselling and testing)
Program tes dan konseling terkait HIV bisa dengan secara sukarela. Program ini tidak hanya bertujuan untuk mendeteksi virus, tetapi juga merawat dan mengobati penderita HIV.
VCT umumnya akan mulai dengan sesi konseling oleh dokter kelamin terbaik. Saat dilakukan konseling biasanya akan diberikan pertanyaan dan informasi terkait HIV/AIDS. Selanjutnya akan tes deteksi HIV.
Untuk melakukan tes deteksi HIV, dapat dilakukan di pusksesmas, RS atau lembaga kesehatan yang menyediakan layanan tes HIV. Semakin cepat terdeteksi maka semakin cepat penanganan dan pengobatan HIV yang dapat dilakukan.
Komplikasi dari infeksi HIV dan AIDS
Infeksi HIV mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, meningkatkan risiko infeksi dan beberapa jenis kanker pada individu yang terinfeksi. Komplikasi HIV dan AIDS yang dapat terjadi antara lain:
- Pneumocystis pneumonia (PCP)
- Kandidemia (sariawan)
- Tuberkulosa (TB)
- Sitomegalovirus
- Meningitis kriptokokus
- Toksoplasma
- Limfoma
- Sarkoma Kaposi
- Kanker terkait dengan HPV
- Sindrom wasting
- Komplikasi neurologis
- Penyakit ginjal
- Penyakit hati
Bahayanya penyakit HIV ini sampai bisa mengancam nyawa seseorang, oleh karena itu Sobat Raphael harus tahu bagaimana virus ini menular dan apa saja yang memicunya. Tujuannya untuk sobat dapat menjauhi segala hal yang berkaitan dengan HIV demi kesehatan tubuh.