Tinea cruris biasa disebut dengan istilah jock itch adalah infeksi jamur pada kulit di pangkal paha, area genital, paha bagian dalam atas atau bokong dan menyebabkan ruam bentuk cincin di daerah yang terinfeksi. Penyakit ini paling sering terjadi di tempat yang panas, kondisi lembap.
Tinea cruris biasa menjangkiti orang-orang yang banyak mengeluarkan keringat, seperti atlet, namun banyak diderita juga oleh orang-orang yang mengalami obesitas. Pengidap ini bukanlah pengidap yang serius, namun sering menimbulkan rasa gatal yang mengganggu dan membuat tidak nyaman. Klinik Raphael akan membantu anda dalam mempelajari tentang penyakik tinea cruris.
Jumlah kasus tinea cruris meningkat pada negara berkembang dan beriklim tropis disebabkan karena suhu dan kelembaban yang tinggi sehingga dapat menyebabkan jamur mudah tumbuh dan menyebar.
Daftar Isi
Penyebab Tinea Cruris
Tinea cruris disebabkan oleh sejenis fungi yang bisa menyebar dari pemakaian handuk atau pakaian yang terkontaminasi atau melalui kontak langsung dengan pengidap. Selain itu, tinea cruris juga sering disebabkan oleh fungi penyebab tinea pedis atau kutu air, karena infeksi bisa menyebar dari kaki ke pangkal paha.
Jamur yang menjadi penyebab kondisi ini merupakan kelompok jamur dermatofita yang dapat memakan lapisan keratin pada kulit untuk kelangsungan hidupnya . Jenis jamur yang menyebabkan penyakit ini adalah Tricophyton, Epidermophyton dan Microsporum. Jamur ini juga bisa menimbulkan penyakit kutu air.
Fungi paling mudah tumbuh di bagian tubuh yang hangat dan lembap, seperti paha bagian dalam, bokong, dan pangkal paha, serta di lingkungan yang lembap diantara handuk yang kotor, lantai yang basah, dan pakaian penuh keringat.
Tanda dan Gejala Tinea Cruris
Seseorang dapat terinfeksi jamur melalui kontak kulit atau bersentuhan dengan orang yang menderita penyakit ini. Seseorang juga bisa tertular dari penggunaan benda yang sama dengan penderita atau jika seseorang menyentuh barang-barang yang sudah terkontaminasi.
Sensasi gatal di sekitar selangkangan yang sering menjadi pertanda pada orang yang terkena tinea cruris. Selain itu, terdapat beberapa gejala lain yang sering muncul pada Tinea cruris, antara lain:
- Perubahan warna kulit disertai terkelupas dan pecah pecah.
- Gatal, perih, sensasi panas dan nyeri di daerah yang terinfeksi.
- Ruam cincin terjadi pada pangkal paha, lipatan kulit, paha bagian dalam, atau bokong. Ruam biasanya tidak terjadi pada skrotum atau penis.
- Tepi ruam sangat berbeda dan mungkin bersisik atau memiliki benjolan yang terlihat seperti lecet.
- Pusat ruam mungkin memiliki warna merah-coklat.
Faktor-faktor Risiko terjangkit Tinea Cruris
Ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan terjangkitnya tinea cruris, yaitu:
- Banyak berkeringat.
- Mengidap pengidap kulit lain.
- Kelebihan berat badan atau obesitas.
- Memiliki riwayat penyakit diabetes.
- Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
- Berjenis kelamin pria, walaupun wanita juga mungkin terjangkit.
- Memakai celana dalam yang ketat atau alat bantu atletik yang tidak dicuci setelah digunakan.
- Menggunakan ruangan loker dan kamar mandi umum.
Diagnosis Tinea Cruris
Biasanya dapat didiagnosis berdasarkan tampilan dan lokasi ruam. Masalah kulit lainnya mungkin terlihat mirip dengan tinea cruris tapi membutuhkan perawatan yang berbeda. Dokter mungkin bertanya tentang gejala dan riwayat medis, atau dokter mungkin akan meminta tes laboratorium pada daerah kulit yang terinfeksi.
Pengujian biasanya terdiri dari gesekan kulit yang dapat dilihat di bawah mikroskop. Untuk mencari tahu persis apa yang menyebabkan ruam, dokter mungkin mengikis sejumlah kecil kulit yang teriritasi ke slide kaca.
Pencegahan Tinea Cruris
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terjangkit Tinea cruris seperti:
- Saat cuaca panas dan lembap, jangan menggunakan pakaian yang tebal atau ketat untuk jangka waktu lama.
- Segera atasi pengidap kulit lain, seperti infeksi tinea pedis atau kutu air, agar tidak menyebar ke pangkal paha.
- Setelah berolahraga atau mandi, keringkan paha bagian dalam dan alat kelamin dengan handuk bersih. Selain itu untuk mencegah kondisi lembap yang berlebihan, taburkan bedak di sekitar pangkal paha.
- Jangan berbagi pakai peralatan pribadi, seperti handuk atau pakaian.
- Cuci pakaian yang dipakai berolahraga setelah digunakan dan selalu gunakan pakaian yang bersih.
- Ganti celana dalam yang digunakan setidaknya satu kali sehari.
- Hindari memakai pakaian yang ketat, terutama celana dalam, dan seragam olahraga agar kulit tidak tergesek dan lecet. Lecet dapat menyebabkan lebih rentan terkena tinea cruris. Dianjurkan untuk lebih memakai celana pendek bokser dibandingkan celana dalam yang ketat.
Pengobatan Tinea Cruris
Jika kondisinya termasuk ringan, dokter hanya akan merekomendasikan untuk menggunakan obat kurap dengan bentuk sediaannya krim atau salep antijamur yang bisa dibeli di apotek tanpa harus menggunakan resep. Obat-obatan antijamur tersebut biasanya obat antijamur golongan azoles dan antijamur golongan allylamines yang berfungsi untuk menghambat pertumbuhan jamur.
Pada saat penggunaan salep atau krim, oleskan obat sesuai dengan aturan yang tercantum pada kemasan obat, sebelum itu bersihkan area yang terinfeksi. Kemudian, tetap gunakan obat walaupun gejalanya sudah mulai menghilang demi memastikan jamur telah terbunuh seluruhnya.
Jika kondisi lebih parah atau apabila ruamnya lebih parah, dokter akan memberikan resep obat topikal yang lebih kuat. Dokter juga memberikan obat minum seperti antijamur golongan azole dan antijamur golongan imidazole sintetik.
Biasanya, obat-obatan ini harus diminum dalam jangka waktu yang panjang.
Obat antijamur oral biasanya dapat menyebabkan efek samping yang tidak nyaman, seperti sakit perut serta sakit kepala. Apabila, tidak nyaman dengan efek sampingnya, konsultasikan dengan dokter.
Tinea cruris umumnya dapat sembuh dalam beberapa minggu. Perawatan untuk infeksi yang lebih parah umumnya membutuhkan waktu sebulan sampai dua bulan.
Baca juga : Gatal Pada Kulit Karena Scabies atau Kudis